Cuaca dingin ekstrem yang melanda negara-negara kawasan Eropa terus
memakan korban jiwa. Sejauh ini, dilaporkan
sebanyak 223 orang tewas akibat cuaca
dingin tak tertahankan ini. Korban tewas ini berasal dari sejumlah
negara di kawasan Eropa Timur, namun
korban terbanyak berasal dari Ukraina.
Kementerian Urusan Darurat Ukraina
menyebutkan, korban tewas mencapai 101
orang. Di mana 64 orang diantaranya, yang merupakan gelandangan tewas di jalanan. Kemudian sebanyak 1.600 orang lainnya
berada di kamp penampungan untuk
mendapatkan perawatan medis dari
penyakit-penyakit akibat cuaca dingin.
Diperkirakan cuaca dingin ekstrem ini masih
akan berlanjut hingga pekan depan. Demikian seperti dilansir oleh kantor berita
AFP, Sabtu (4/2/2012). Dilaporkan ribuan orang masih terjebak di
wilayah pegunungan di Serbia. Bahkan kanal-
kanal sungai di Venice, Italia juga dilaporkan
membeku. Suhu terendah di kawasan Eropa
tercatat berada di Republik Ceko, yakni suhu
udara malam hari mencapai minus 38,1 derajat Celcius. Sedangkan di Polandia, cuaca dingin kembali
memakan 8 korban jiwa dalam waktu 24
jam terakhir. Dengan demikian, total korban
tewas di negara yang kini suhu udaranya
mencapai minus 35 derajat Celcius ini
mencapai 37 orang. Di Bulgaria, dilaporkan korban tewas telah
mencapai 16 orang. Lebih dari 1.000 sekolah
di negara ini terpaksa ditutup mengingat
hujan salju dan angin masih terus melanda.
Sedangkan di Rumania, total 24 nyawa
melayang akibat cuaca ekstrem ini. Di Italia, sedikitnya 3 orang dilaporkan tewas, salah
satunya seorang gelandangan yang
ditemukan tewas di Milan. Sementara itu, kematian pertama akibat
cuaca dingin tercatat di Estonia, dimana
seorang pria ditemukan tewas membeku di
jalanan kota Tallin. Kemudian Prancis juga
melaporkan kematian pertama akibat cuaca
dingin, yakni seorang pria berusia 82 tahun yang menderita Alzheimer. Pria tersebut
kabur dari rumah dengan hanya
mengenakan piyama dan akhirnya tewas
akibat hipotermia. Di Serbia, tercatat seorang korban tewas,
namun otoritas setempat kesusahan untuk
menembus badai salju demi menyalurkan
makanan, obat-obatan, dan bantuan logistik
lainnya bagi warga di kawasan pegunungan.
Sebagian besar korban tewas memang berasal dari negara-negara miskin di
kawasan Eropa, kebanyakan warga
ditemukan tewas di pinggir jalan atau di
rumah yang tidak memiliki pemanas
ruangan.